Ramuan Tembakau Mengatasi Serangan Ulat. PENGGUNAAN bahan alami untuk mengatasi serangan berbagai hama mempunyai berbagai kelebihan. Selain hama akan kabur, tanahnya juga menjadi subur. Di samping ramuan daun johar dan daun mimba untuk mengusir wereng, petani pun bisa menggunakan tembakau untuk mengatasi berbagai hama.
Petani hanya perlu mengingat bahan-bahan yang harus dicampurkan dengan tembakau, agar obat hama alami dari bahan tembakau bisa tepat sasaran. Biasanya, campuran menggunakan empon-empon atau daun-daunan yang diramu dengan takaran tertentu.
Misalnya, ramuan yang terbuat dari 50 lembar daun sirsak dicampur dengan segenggam tembakau berkualitas jelek, bisa digunakan untuk membasmi ulat dan belalang.
Cara membuatnya sangat sederhana. Kedua bahan itu ditumbuk sampai lumat kemudian direndam dalam seliter air selam 24 jam. Hasil rendaman disaring dan dicampur dengan 14 liter air sebelum digunakan untuk menyemprot padi.
''Penggunaan bioinsektisida ini sangat mudah dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebab bahan-bahan yang digunakan dapat dengan mudah diurai oleh bakteri dalam tanah,'' ujar Dwi Tavip Wiyono kepada petani peserta pelatihan sisem intensifikasi padi dan pengenalan obat hama alami (bioinsektisida) di Balai Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring.
Dia memperkenalkan berbagai ramuan bioensektisida dengan bahan tembakau. Selain diramu dengan daun sirsak, tembakau yang diramu dengan laos dan gambir juga bisa untuk membasmi ulat grayak. Caranya, satu ons laos, satu kilogram tembakau, dan lima biji gambir ditumbuk halus dan ditambah 10 gelas air.
Difermentasikan
Campuran itu kemudian difermentasikan dengan 250 cc EM4. Setelah itu, larutan tersebut dapat digunakan untuk menyemprot hama ulat grayak dengan perbandingan satu gelas larutan dicampur 10 liter air. Dengan dua tiga kali semprot, ulat dapat diatasi.
Selain memerangi ulat, tembakau juga dapat digunakan untuk membasmi wereng dan walang sangit. Caranya juga sangat sederhana. Satu kilogram tembakau ditambah dua kilogram gadung, satu kilogram jengkol, satu liter EM4, dua liter air, dan satu ons gula.
Semua bahan itu dilumatkan dan difermentasikan tiga hari. Cara penggunaan, campuran dilarutkan dalam air dengan perbandingan 2 cc larutan dicampur satu liter air, kemudian disemprotkan ke lahan padi yang terserang walang sangit atau wereng.
''Tembakau yang dicampur dengan delingo dan bengle atau tembakau dicampur daun sirih dan daun jarak juga bisa digunakan untuk mengatasi walang sangit,'' ujar Dwi Tavip.
Campuran pertama terdiri atas satu ons delingo dan satu ons bengle direndam dalam satu liter air semalam. Kemudian segenggam tembakau direndam dalam satu liter air semalam. Kedua rendaman dicampur dan disaring. Setiap dua liter rendaman dapat digunakan untuk menyemprot seperempat hektare lahan.
Campuran kedua terdiri atas satu ons daun sirih, satu ons daun jarak, dan satu ons daun tembakau ditumbuk halus dan direndam dengan tiga liter air. Setelah itu, disaring dan dapat digunakan untuk menyemprot lahan setelah diencerkan dengan air, tiap liter air ditambahkan 3 cc larutan.
Petani yang sudah terbiasa menggunakan pestisida buatan pabrik itu tertarik dengan ramuan sederhana yang diperkenalkan. Mereka bisa mendapatkan resep ramuan yang difotokopi untuk memudahkan mengingat bahan-bahan campuran.
''Sebenarnya masih banyak resep obat pembasmi hama dari bahan-bahan yang bisa diperoleh dengan mudah di sekitar kita. Tak hanya untuk membasmi hama tapi juga dapat diramu dengan fungisida untuk mengatasi jamur,''
Bioinsektisida, pengendali hama yang ramah lingkungan
Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi pertanian yang dalam kasus ini adalah pemeliharaan anggrek. Untuk megendalikan hama seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal akumulasi senyawa-senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen serta menguntungkan petani, menjadi prioritas utama. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit pada serangga (bioinsectisida), yaitu jamur patogen serangga Beauveria bassiana.
Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.
inokulan murni nya rio
Gambar oleh Destario Metusala 07
Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti kutu gajah.
Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih.
Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphids sp.) pada tanaman sayuran.
Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu :
* Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.
* Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.
* Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
* Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.
Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr air, tambahkan 3 sendok gula pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan formulasi B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat dikembangbiakan secara konvensional, sehingga lebih menghemat pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida biologis dari jamur ini memberikan dampak positif terhadap pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif.
Baca juga artikel terkait :
Petani hanya perlu mengingat bahan-bahan yang harus dicampurkan dengan tembakau, agar obat hama alami dari bahan tembakau bisa tepat sasaran. Biasanya, campuran menggunakan empon-empon atau daun-daunan yang diramu dengan takaran tertentu.
Misalnya, ramuan yang terbuat dari 50 lembar daun sirsak dicampur dengan segenggam tembakau berkualitas jelek, bisa digunakan untuk membasmi ulat dan belalang.
Cara membuatnya sangat sederhana. Kedua bahan itu ditumbuk sampai lumat kemudian direndam dalam seliter air selam 24 jam. Hasil rendaman disaring dan dicampur dengan 14 liter air sebelum digunakan untuk menyemprot padi.
''Penggunaan bioinsektisida ini sangat mudah dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebab bahan-bahan yang digunakan dapat dengan mudah diurai oleh bakteri dalam tanah,'' ujar Dwi Tavip Wiyono kepada petani peserta pelatihan sisem intensifikasi padi dan pengenalan obat hama alami (bioinsektisida) di Balai Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring.
Dia memperkenalkan berbagai ramuan bioensektisida dengan bahan tembakau. Selain diramu dengan daun sirsak, tembakau yang diramu dengan laos dan gambir juga bisa untuk membasmi ulat grayak. Caranya, satu ons laos, satu kilogram tembakau, dan lima biji gambir ditumbuk halus dan ditambah 10 gelas air.
Difermentasikan
Campuran itu kemudian difermentasikan dengan 250 cc EM4. Setelah itu, larutan tersebut dapat digunakan untuk menyemprot hama ulat grayak dengan perbandingan satu gelas larutan dicampur 10 liter air. Dengan dua tiga kali semprot, ulat dapat diatasi.
Selain memerangi ulat, tembakau juga dapat digunakan untuk membasmi wereng dan walang sangit. Caranya juga sangat sederhana. Satu kilogram tembakau ditambah dua kilogram gadung, satu kilogram jengkol, satu liter EM4, dua liter air, dan satu ons gula.
Semua bahan itu dilumatkan dan difermentasikan tiga hari. Cara penggunaan, campuran dilarutkan dalam air dengan perbandingan 2 cc larutan dicampur satu liter air, kemudian disemprotkan ke lahan padi yang terserang walang sangit atau wereng.
''Tembakau yang dicampur dengan delingo dan bengle atau tembakau dicampur daun sirih dan daun jarak juga bisa digunakan untuk mengatasi walang sangit,'' ujar Dwi Tavip.
Campuran pertama terdiri atas satu ons delingo dan satu ons bengle direndam dalam satu liter air semalam. Kemudian segenggam tembakau direndam dalam satu liter air semalam. Kedua rendaman dicampur dan disaring. Setiap dua liter rendaman dapat digunakan untuk menyemprot seperempat hektare lahan.
Campuran kedua terdiri atas satu ons daun sirih, satu ons daun jarak, dan satu ons daun tembakau ditumbuk halus dan direndam dengan tiga liter air. Setelah itu, disaring dan dapat digunakan untuk menyemprot lahan setelah diencerkan dengan air, tiap liter air ditambahkan 3 cc larutan.
Petani yang sudah terbiasa menggunakan pestisida buatan pabrik itu tertarik dengan ramuan sederhana yang diperkenalkan. Mereka bisa mendapatkan resep ramuan yang difotokopi untuk memudahkan mengingat bahan-bahan campuran.
''Sebenarnya masih banyak resep obat pembasmi hama dari bahan-bahan yang bisa diperoleh dengan mudah di sekitar kita. Tak hanya untuk membasmi hama tapi juga dapat diramu dengan fungisida untuk mengatasi jamur,''
Bioinsektisida, pengendali hama yang ramah lingkungan
Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi pertanian yang dalam kasus ini adalah pemeliharaan anggrek. Untuk megendalikan hama seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal akumulasi senyawa-senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen serta menguntungkan petani, menjadi prioritas utama. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit pada serangga (bioinsectisida), yaitu jamur patogen serangga Beauveria bassiana.
Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.
inokulan murni nya rio
Gambar oleh Destario Metusala 07
Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti kutu gajah.
Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih.
Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphids sp.) pada tanaman sayuran.
Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu :
* Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.
* Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.
* Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
* Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.
Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr air, tambahkan 3 sendok gula pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan formulasi B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat dikembangbiakan secara konvensional, sehingga lebih menghemat pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida biologis dari jamur ini memberikan dampak positif terhadap pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif.
Baca juga artikel terkait :
Terimakasih Infonya sangat bermanfaat Walatra Gamat Emas Kapsul
BalasHapusterimakasih informasinya sangat bermanfaat sekali Walatra Jelly Gamat G Sea
BalasHapusQnc Jelly Gamat Asli
BalasHapus