Beranda Kebijakan Privasi Tentang Kami Kontak Kami

Sabtu, 16 Juni 2012

Peranan Agen Hayati Dalam Mengendalikan Hama Dan Penyakit Tanaman

Ketergantungan kita terhadap bahan-bahan kimia (pupuk kimia) apalagi bahan yang bersifat sebagai racun (insektisida, fungisida,Herbisida, dsb) harus segera kita kurangi secara perlahan . Kita harus menggali bahan-bahan disekitar kita yang bisa kita manfaatkan untuk mengganti bahan-bahan kimia tersebut. Pada penggunaan bahan-bahan kimia dan pestisida memeliki banyak dampak negatif akibat penggunaan secara berlebihan. Seperti: Resurgensi hama, Resistensi hama, Matinya musuh alami, Pencemaran terhadap manusia,lingkungan dan tanaman, serta Tertingalnya residu pestisida pada produk pertanian. Sudah saatnya kita kembali ke alam. Banyak mikroorganisme yang dapat kita manfaatkan untuk proses kelestarian lingkungan kita.

Solusi paling tepat yang mesti kita lakukan saat ini adalah pengendalian Organisme penggangu tanaman secara hayati.  Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman secara Hayati memanfaatkan peranan musuh alami (agen hayati) untuk mengendalikan organism-organisme pengganggu tanaman.  Agen hayati itu bisa berupa Predator, Parasitoid, Patogen dan Antagonis. Berikut adalah teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman secara hayati:
  1. INTRODUKSI
Mendatangkan musuh-musuh alami dari luar negeri
contoh : Impor Musuh Alami (MA) curinus coerulen dari Hawai untuk  mengendalikan kutu loncat pada tanaman lamtoro
  1. KONSERVASI
    Melestarikan Musuh Alami (MA) pada daerah endemis
  1. AUGMENTASI
Memperbanyak MA untuk dilepaskan secara berkala untuk  menekan populasi hama
  1. INOKULASI
Pelepasan MA dlm jumlah relatif sedikit dengan harapan MA tersebut dapat menekan populasi hama dan MA tersebut menetap lebih lama
  1. INUNDASI
     Pelepasan MA dalam jumlah besar untuk menekan populasi hama
Keuntungan dari  pengendalian  secara hayati ini adalah:
ü  Efektifitas tinggi
ü  Tersedia dialam
ü  Dapat berkembang biak dan menyebar
ü  Tidak menimbulkan resistensi serangga inang
ü  Pengendalian berjalan dengan sendirinya
ü  Tidak ada pengaruh samping yang buruk
Sedangkan Kekurangan dari  pengendalian  secara hayati ini adalah:
ü  Pengendalian OPT berjalan lambat
ü   Hasilnya tidak dapat diramalkan
ü   Memerlukan pengawasan pakar dalam pengembangannya
ü  Memerlukan teknologi aplikasi yang tepat
Berikut contoh Ciri-ciri serangga yang terinfeksi agens hayati di lapangan
A.  Terinfeksi Agen hayati CENDAWAN
-  Aktivitas makan berkurang,lemah.
-  Terjadi perubahan warna pada kutikula (umumnya menjadi gelap)
- apabila miselia telah masuk ke dalam tubuh, dan berkembang mk tubuh serangga akan mengeras (mumifikasi)
- Tubuh serangga tertutupi oleh miselia dan spora cendawan yg warnanya sesuai karakter cendawan.
B. Terinfeksi  Agen hayati BAKTERI
-  Aktivitas makan berkurang,lemas dan mengalami diare
-  Serangga terinfeksi akan bersembunyi di tempat terlindung
-  Terjadi perubahan warna,tergantung jenis bakteri yg menginfeksi
-  Serangga yg sudah mati cepat terkontaminasi oleh bakteri lain yg akan menimbulkan bau.
C.  Terinfeksi  Agen hayati  VIRUS
-  Aktivitas serangga lamban,tubuh mengkilat
-  Tubuh serangga akan mudah pecah bila tersentuh
-  Serangga yg mati umumnya menggantung melalui bagian posterior pd ranting tanaman atau daun tanaman.
D.  Terinfeksi  Agen hayati  NEMATODA
-   Serangga akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran tubuh tergantung pada tingkat infeksi
-   Warna kulit serangga menghitam
-   Ditemukan nematoda dalam tubuh serangga.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan.  Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe :
  1. Trichoderma menghasilkan sejumlah enzim ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel patogen
  2. Beberapa anggota trichoderma sp menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan menghancurkan propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya
  3. Jenis Trichoderma viridae menghasilkan antibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari serangan penyakit rebah kecambah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar